Penggunaan sidik jari untuk kehadiran pegawai di kantor dinilai sebagai salah satu penyebab penyebaran Covid-19. Oleh karena itu, salah satu Guru Besar Ilmu Komputer Universitas Bina Sarana (UBSI) ini mengembangkan teknologi baru untuk menggantikan keberadaan jari.
Guru UBSI yang dimaksud adalah Agung Sasongko, Muhammad Sony Maulana dan Latifah. Ketiga pembicara mengembangkan aplikasi seluler dengan pemfilteran jaringan intranet dan IMEI sebagai pengganti sidik jari bagi pengguna yang ingin bepergian.
Teknologi ini dinilai mampu mencegah penyebaran virus Covid-19 kepada setiap penggunanya. Hal tersebut disampaikan Agung secara langsung selaku pimpinan tim peneliti. Dia mengatakan, permintaan absensi tersebut berlaku terhadap absensi sidik jari.
“Karyawan tidak perlu lagi melakukan absensi atau sidik jari secara manual. Ponsel apa pun yang terhubung dengan intranet perusahaan tempatnya bekerja bisa diretas,” kata Agung dalam keterangan resminya.
Selain itu, ia mengungkapkan bahwa dengan kehadiran baru ini, pengguna harus mendaftarkan nomor seri IMEI atau alamat Mac dari smartphone yang digunakan di situs web sistem informasi perusahaan.
“Setelah itu, server akan melakukan konfirmasi keabsahan token, nomor induk layanan (NIK) dan IMEI di database,” jelasnya. Ketika data yang dimasukkan benar, informasi waktu kedatangan pengguna ditampilkan, termasuk waktu, waktu keberangkatan, waktu kembali, dan lokasi.
Hal ini dilakukan untuk mencegah kerusakan data oleh pengguna. Sehingga dengan kehadiran ini, Anda akan mengetahui keberadaan pengguna.
Ia menambahkan, “Akses juga hanya dapat dilakukan di perusahaan tempatnya bekerja, sehingga karyawan tidak dapat menggunakan jaringan data pribadinya untuk bekerja.
Teknologi ini dinilai dapat membantu perusahaan yang memiliki banyak cabang berbeda di tempat berbeda, dan terhubung ke server di pusat untuk keberadaannya. Karena dengan menggunakan smartphone sebagai absensi, maka karyawan akan lebih mudah mengetahui jumlah orang yang datang tepat waktu atau absen pada jam kerja.
Tak hanya itu, menurut Agung, teknologi presensi ini lebih efektif mencegah klaster penyebaran virus Covid-19, khususnya di lingkungan perusahaan.