Membuat infrastruktur jaringan 5G tidak mungkin iseng-iseng saja, karena akan merusak. Ini harus memperhatikan distribusi aplikasi yang efisien, kebutuhan pengguna dan umpan balik pengguna. “Kalau sekedar keren misalnya bisa mundur.
Makanya kita butuh sekarang untuk berkembang, datang dari sisi B2B. Kita mulai dari situ dulu,” kata Vice President Business Development and Innovation Telkomsel, Jockie Heruseon, saat ditemui di Jakarta,
Sejak lama, berbagai pihak telah mengadvokasi penyebaran 5G yang lebih luas, termasuk pemerintah. Apakah perlu atau tidak untuk meningkatkan ke ponsel 5G sekarang?
Misalnya dari seminar “Journey to 5G Smart City” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 4-5 Juli lalu, oleh perwakilan 28 wilayah layanan daerah dari 23 pemerintah daerah dan daerah di Indonesia.
Jockie melanjutkan dengan mengatakan bahwa timnya telah menerima permintaan dari lembaga pemerintah untuk menggelar 5G di beberapa daerah di masa lalu. Menanggapi permintaan tersebut, Telkomsel menyatakan bisa membangunnya jika diperlukan.
Ia mengatakan, yang dimaksud dengan kebutuhan, antara lain pemasangan perangkat atau perangkat dengan spesifikasi 5G yang diperlukan namun belum diimplementasikan, atau dengan teknologi di daerah yang membutuhkan kecepatan tertentu.
“Kami sedang membangunnya untuk melihat apa yang mungkin, karena kami juga ingin kembali. Teknologi mengikuti orang, pada akhirnya akan ada kembali nanti,” katanya.
Menurut dia, implementasi 5G Telkomsel lebih didasarkan pada kebutuhan ketimbang permintaan. Oleh karena itu, Telkomsel saat ini fokus pada aktivitas business-to-business (B2B) di lingkungan 5G.
“Kami [5G] saat ini berekspansi ke banyak negara, tetapi fokus utama kami untuk 5G lebih dari B2B. Ini adalah tujuan utama kami, karena entri membutuhkan waktu. Tapi kadang soal kebutuhan atau keinginan,” jelasnya.
Senada dengan itu, Muhammad Danny Buldansyah, Director and Chief Commercial Officer Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), mengatakan keberhasilan 5G bergantung pada profitabilitas atau keuntungan perusahaan.
“Kalau kita lihat di atas, makhluk hidup itu sangat penting untuk mengetahui cara menyampaikan di luar mode ini, saya selalu menempel pada perangkat, jaringan, dan aplikasi”, katanya , menjelaskan, di tempat yang sama.
Yang jelas, kata dia, pengembangan jaringan 5G mempertimbangkan kebutuhan masyarakat (use judgment).
“Bagaimana kita mendapatkan dokumen yang dibutuhkan masyarakat, bukan hanya yang dibutuhkan masyarakat. Perangkat masih siap, kemudian jaringan juga siap dengan dukungan model, kemudian aplikasi,” tutupnya.
Menurut data Ericsson, pengguna 5G global akan meningkat sebesar 50% pada akhir tahun 2023. India adalah salah satu penyumbang terbesar.
“Tahun ini, sudah ada 1 miliar pengguna 5G di seluruh dunia. Akhir tahun ini akan ada 1,5 miliar di dunia,” kata Jerry Soper, President Ericsson Indonesia, di Jakarta, Senin (26/6).
kota Pintar
Direktur Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Wayan Toni Supriyanto mengakselerasi penggunaan teknologi 5G di Indonesia, salah satunya untuk mendukung kota-kota indah. Gerakan Smart City menargetkan 150 kabupaten dan kota.
“Dengan hadirnya teknologi 5G diharapkan dapat membantu percepatan program Smart City di Indonesia. Sementara Smart City 5G sudah terpasang di Kota Surakarta untuk keperluan Desa Pintar dan pelayanan pelaporan masyarakat,” jelasnya seperti dilansir dari siaran pers Kominfo.
Menurutnya, pengembangan layanan 5G juga akan berdampak besar bagi peningkatan ekonomi dan industri tanah air. “Pengembangan jaringan 5G di Indonesia dapat memberikan lebih dari Rp2,8 triliun yang merupakan 9,5% dari total PDB pada tahun 2030,” kata Wayan.
“Angka ini bisa naik menjadi Rp 3,5 triliun atau 9,8% dari total PDB Indonesia pada 2035,” lanjutnya.
Menurut Institut Teknologi Bandung (ITB), PT. Lembaga Penelitian Terafiliasi Indonesia (LAPI) ITB Ivan Samuels pernah mengungkapkan bahwa implementasi 5G di Indonesia dapat meningkatkan total Produk Domestik Bruto (PDB) dari tahun 2021 hingga 2030 menjadi 9,5% atau Rp 2.874 triliun.
Lebih lanjut, penerapan 5G juga akan mampu menciptakan 5,1 juta lapangan kerja baru dan meningkatkan produksi per kapita sebesar Rp11 juta dalam waktu bersamaan.
Di Indonesia, jaringan 5G telah beroperasi secara komersial sejak tahun 2021. Saat ini layanan 5G di Indonesia tersedia di Jabodetabek, Medan, Solo, Bandung, Surabaya, Makassar, Batam, Denpasar, dan Balikpapan.